This is default featured post 1 title

One day, Im going to be free and Im going to travel the world.

This is default featured post 2 title

One day, Im going to be free and Im going to travel the world.

This is default featured post 3 title

One day, Im going to be free and Im going to travel the world.

This is default featured post 4 title

One day, Im going to be free and Im going to travel the world.

This is default featured post 5 title

One day, Im going to be free and Im going to travel the world.

Kamis, 27 Januari 2011

ABCDE

Menurut teori matematika hal di atas 100% memang benar, tapi menurut pengalaman hal di atas tidak selamanya benar :D

Selasa, 18 Januari 2011

Delilah's Travel

Namaku Delilah, umurku belum genap 4 tahun, tapi inilah aku dengan segudang keinginanku yang tertuju pada satu tujuan, KELILING DUNIA. Yaa sedikit terinspirasi dari salah satu acara anak di tv dan dengan sedikit taktik yang diajarkan oleh ayah-bunda dalam hal copy-paste-edit sehingga muncullah ‘Delilah Si Bolang’. Umurku yang masih semuda ini membuatku yakin bahwa belum banyak yang ku ketahui dan semakin mendorongku untuk mencari tau keadaan belahan dunia lain (kalimat ini diajarkan oleh ayah-bunda lagi). Listnya sudah kubuat rapi, peta dunia siap menemani, beragam bahasa telah kupahami, restu ayah-bunda juga menyertai, hari ini aku melangkahkan kaki menjadi petualang sejati. Namun sesaat aku tersadar, ku tengok list ditanganku, kucermati satu per satu, tak ada nama negeriku, dan membuat aku terpaku. Hei, aku belum mengenal negeriku, negeriku selama ini hanya batasan rumahdanhalaman ayah-bunda, kenderaan ayah-bunda, dan tempat bermain yang aku datangi bersama ayah-bunda. Seluas itukah negeriku, rumahdan halaman ditambah kenderaan ditambah tempat bermain? Kurasa tidak, ya, pasti tidak, negeriku lebih luas dari itu karena negeriku INDONESIA negeri yang KAYA. Arah pun ku belokkan dari keluar Indonesia menjadi ke dalam Indonesia dan disinilah ceritaku mengenal negeriku.


bangun pagi, buka jendela di bukit tinggi
udara segar masuk ke kamar, rebahan bentar, tidur lagi
atau niat bangun pagi-pagi liat sunrise di borobudur, asik sendiri
atau ke Kupang menatap pantai bersantai kita sambil mengopi

pernahkah engkau sendiri di pantai samalona makassar
atau ke Belitong lalu ke pantai, foto-foto di depan batu yang besar
atau Manado di bulan Juli, kekayaan lautnya lebihi Bali
di pantai Pulau Siladen menatap Manado tua terasa keren

main bola dengan pemuda di desa sumberejo lampung utara
atau main basket dengan penuh gaya di stadion DBL Arena Surabaya
di manapun kita berada selama berdiri di Indonesia
harus bangga, harus berkarya, dan harus dengarkan pantun saya


jalan-jalan ke pasar ketemu mbak ayu
duduk bersamanya dan minum-minum jamu
jangan pernah malu punya darah melayu
karna itu kekayaan milik bangsamu

banyak orang di Indonesia hanya pergi ke kota-kota yang sama
libur ke Singapore atau ke Malaysia, weekend ke Bandung, pulang ke Jakarta
hanya tahu tentang Indonesia dari berita TV dan koran saja
bukalah kopermu, isi dengan baju, banyak destinasi yang bisa dituju

pernahkah kau dan seorang kawan ngopi kotang susu jahe di Blandongan
atau di Medan ke nelayan nikmati seporsi pancake durian
sempatkan untuk meluncur ke Padang makan sate padang Mak Syukur
atau di Malang duduk dengan tenang dengan secangkir hangat Wedhang Secang

apabila kau ragu untuk menjelajahi negrimu
perjalanan pesawat tak makan waktumu kecuali Papua hanya setidurmu
siapa lagi kalau bukan kamu yang jadi duta untuk bangsamu
negri yang kaya kamupun tahu sekarang giliran dunia yang tahu

anak-anak yang ada dimana-mana
semua punya senyum yang sama, semua simpan mimpi yang sama
sayang skali oleh kakaknya yang darah melayu digoda-goda
charly, lanjutkanlah kau berkarya, mungkin kelak kita bisa…

(Lagu Melayu, Pandji Pragiwaksono)


Jumat, 07 Januari 2011

akhir tahun.

Ini kisah nyata terjadi setahun yang lalu (lebih tepatnya beberapa hari yang lalu dipenghujung tahun 2010, sekarang januari 2011). Singkat cerita, minggu ini adalah minggu tenang. Tidak setenang namanya, minggu ini seharusnya dipakai untuk persiapan UAS sekali lagi saya katakan SEHARUSNYA karena apa yang terjadi adalah sebaliknya. Minggu ini adalah libuuuuurrr tanpa tugas laporan ppt word dan kawan-kawan yang berhubungan dengan kuliah. Itulah minggu tenang bagi saya dan bagi beberapa orang yang sependapat (silahkan menyamakan diri haha). Singkat lagi, seorang teman saya, sebut saja Line (jangan diartikan dari bahasa kampung saya,Inggris), ingin membeli sesuatu barang. Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya saya dan teman yang kembali sebut saja namanya Inah (mirip nama mbok-mbok kalo yang ini haha) berhati ibu peri untuk menemani si Line. Berangkatlah kita pada jam yang disepakati dengan sebelumnya mengisi perbekalan. Lokasinya lumayan jauh tapi tidak sejauh jika kita berjalan kaki karena kita dibantu alat doraemon yang berbentuk kotak. Alhamdulillah tiba di lokasi pertama badan utuh jiwa utuh dan gila pun utuh namun apa hendak dikata barang yang dicari tidak ditemukan ditambah dengan petugas yang bertampang tidak ramah. Entahlah mungkin dia tidak punya rencana untuk malam tahun baru nanti seperti kita, tapi kita santai aja tuh. Menuju lokasi berikutnya, ditetapkan kita naik kenderaan kebanggaan kita bertiga, ANGKOT.

Angkot adalah kenderaan blah blah blah. Perjalanan lancar sampai tiba-tiba beberapa meter sebelum lokasi, angkot berhenti. Sependengaran saya dan Line, sopir menyebut nama lokasi kita. Daaaaaaaaaaan kita berpikir sopir menurunkan kita di tempat itu yaaaaang masih akan membuat napas terengah-engah baju basah keringetan untuk menuju lokasi kedua. Inah sepertinya kurang setuju dan sempat bertanya-tanya “beneran turun disini?” namun sebelum ada jawaban pasti dan akurat dia pun ikut turun. AND YOU KNOW WHAT?! Ternyata sang sopir berhenti karena ada nenek-nenek tua yang mau naik bukan menurunkan kami bertiga. Dengan tampang yang lumayan campur aduk kita kembali naik (daripada jalan lagi, matahari siang itu tidak baik untuk kesehatan). Untungnya penumpang tidak terlalu banyak tapi lumayan membuat (malu) tidak enak. Ditambah sang nenek senyum-senyum dan berbicara dengan bahasa yang tidak kita mengerti (saya jamin 100% itu bukan bahasa kampung saya, INGGRIS).

Barang ditemukan dan kita berencana pulang. Untuk menghemat waktu tenaga pikiran jiwa raga (dompet) kita naik alat doraemon lagi. Tidak ada tanda-tanda kejanggalan hingga detik-detik terakhir itu tiba. Kita sudah bersiap-siap untuk turun. Bus berhenti daaaaaaaaaaaan menurut saya itu amat sangat singkat sekali. Baru saja mau melangkah keluar bus kembali berjalan. Sempat kaget namun tetap tenang tetapi kehebohan terjadi ketika saya (baru) menyadari kedua teman saya telah turun dan berteriak-teriak memanggil nama saya dari luar. Sepenuh tenaga saya mengumpulkan kesadaran dan akhirnya entah bagaimana bus kembali berhenti. Saya turun dengan lemah gemulai namun tidak bisa memucatkan tampang yang sudah merah merona bak iklan produk kecantikan di tv. Semoga penumpang bus segera hilang ingatan untuk bagian yang satu ini. AMIEN.