Jumat, 07 Januari 2011

akhir tahun.

Ini kisah nyata terjadi setahun yang lalu (lebih tepatnya beberapa hari yang lalu dipenghujung tahun 2010, sekarang januari 2011). Singkat cerita, minggu ini adalah minggu tenang. Tidak setenang namanya, minggu ini seharusnya dipakai untuk persiapan UAS sekali lagi saya katakan SEHARUSNYA karena apa yang terjadi adalah sebaliknya. Minggu ini adalah libuuuuurrr tanpa tugas laporan ppt word dan kawan-kawan yang berhubungan dengan kuliah. Itulah minggu tenang bagi saya dan bagi beberapa orang yang sependapat (silahkan menyamakan diri haha). Singkat lagi, seorang teman saya, sebut saja Line (jangan diartikan dari bahasa kampung saya,Inggris), ingin membeli sesuatu barang. Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya saya dan teman yang kembali sebut saja namanya Inah (mirip nama mbok-mbok kalo yang ini haha) berhati ibu peri untuk menemani si Line. Berangkatlah kita pada jam yang disepakati dengan sebelumnya mengisi perbekalan. Lokasinya lumayan jauh tapi tidak sejauh jika kita berjalan kaki karena kita dibantu alat doraemon yang berbentuk kotak. Alhamdulillah tiba di lokasi pertama badan utuh jiwa utuh dan gila pun utuh namun apa hendak dikata barang yang dicari tidak ditemukan ditambah dengan petugas yang bertampang tidak ramah. Entahlah mungkin dia tidak punya rencana untuk malam tahun baru nanti seperti kita, tapi kita santai aja tuh. Menuju lokasi berikutnya, ditetapkan kita naik kenderaan kebanggaan kita bertiga, ANGKOT.

Angkot adalah kenderaan blah blah blah. Perjalanan lancar sampai tiba-tiba beberapa meter sebelum lokasi, angkot berhenti. Sependengaran saya dan Line, sopir menyebut nama lokasi kita. Daaaaaaaaaaan kita berpikir sopir menurunkan kita di tempat itu yaaaaang masih akan membuat napas terengah-engah baju basah keringetan untuk menuju lokasi kedua. Inah sepertinya kurang setuju dan sempat bertanya-tanya “beneran turun disini?” namun sebelum ada jawaban pasti dan akurat dia pun ikut turun. AND YOU KNOW WHAT?! Ternyata sang sopir berhenti karena ada nenek-nenek tua yang mau naik bukan menurunkan kami bertiga. Dengan tampang yang lumayan campur aduk kita kembali naik (daripada jalan lagi, matahari siang itu tidak baik untuk kesehatan). Untungnya penumpang tidak terlalu banyak tapi lumayan membuat (malu) tidak enak. Ditambah sang nenek senyum-senyum dan berbicara dengan bahasa yang tidak kita mengerti (saya jamin 100% itu bukan bahasa kampung saya, INGGRIS).

Barang ditemukan dan kita berencana pulang. Untuk menghemat waktu tenaga pikiran jiwa raga (dompet) kita naik alat doraemon lagi. Tidak ada tanda-tanda kejanggalan hingga detik-detik terakhir itu tiba. Kita sudah bersiap-siap untuk turun. Bus berhenti daaaaaaaaaaaan menurut saya itu amat sangat singkat sekali. Baru saja mau melangkah keluar bus kembali berjalan. Sempat kaget namun tetap tenang tetapi kehebohan terjadi ketika saya (baru) menyadari kedua teman saya telah turun dan berteriak-teriak memanggil nama saya dari luar. Sepenuh tenaga saya mengumpulkan kesadaran dan akhirnya entah bagaimana bus kembali berhenti. Saya turun dengan lemah gemulai namun tidak bisa memucatkan tampang yang sudah merah merona bak iklan produk kecantikan di tv. Semoga penumpang bus segera hilang ingatan untuk bagian yang satu ini. AMIEN.

0 komentar:

Posting Komentar